The Super Dad

Dad is Hero to family



Waktu yang semakin gelap, saatnya mengumpulkan hasil untuk di jadikan bekal keluarga. Ayah dengan dua orang anak terlihat lelah, setelah hampir seharian mengumpulkan kantong - kantong plastik di tengah tumpukan sampah yang menggunung. Telah 13 tahun ia merajut rezeki dengan alat bantunya yang terbuat dari besi sepanjang sekitar 40 cm yang digunakannya untuk mengambil plastik dengan mudah.


Cukup sulit untuk orang awam yang baru memasuki pemukiman dengan gunungan sampah yang
jumlahnya sekitar milyaran sampah dengan berbagai macam, namun aroma tersebut tidak menjadi suatu halangan baginya yang telah 13 tahun menghabiskan sepertiga umurnya dengan sampah.
Anto atau mantan pemulung begitu kerap panggilan yang tersaup dari rekan kerjanya di tempat sumber rezeki tersebut sangat ramah dan penuh senyum ketika melawan hempasan aroma yang tidak sedap bahkan perinya asap pembakaran sampah juga tidak menghentikan bapak dua anak tersebut.
Anto tidak hanya bekerja rutin di TPA tersebut, ia juga berprofesi sebagai kuli bangunan yang biasanya ia lakukan apabila ada panggilan menjadi tukang untuk pembangunan sebuah rumah, namun apabila lagi sepi panggilan, ia melanjutkan bekerja mencari kantong plastik.

Pekerjaan yang digelutinya setiap hari upayanya dalam menafkahi keluarganya.Ia dan istrinya tidak tinggal serumah, istrinya yang tinggal di kawasan Tanjung Anom juga berlakon sebagai pencari nafkah dengan berjaualan jamu keliling pada pagi hari demi kedua anaknya mengenyam pendidikan.
Friska Aulia (21) anak Sulungnya yang telah tamat sekolah menengah atas ini, sekarang telah bekerja, namun keinginannya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi seperti akan tercapai, bahwa terucap dari Sukamto bahwasanya anaknya akan melanjutkan kuliah, begitupun adik bungsunya Wahyu Ramadhan (18) yang saat ini akan mendaftar ke perguruan tinggi, namun ia memilih untuk mengikuti testing di Angkatan Militer TNI.

Hasil kerja keras Sukamto berbuah hasil dengan kedua anaknya yang telah menyelesaikan pendidikan saat ini hingga menengah atas dan akan berlanjut ke perguruan tinggi.
Upah yang didapatnya selama sehari yang tidak tetap berkisar 100 ribu itu dapat menghidupkan keluarga kecilnya.

Waktu semakin senja, ocehan kami berhenti kita semua plasti-plastik asoy yang dikumpulkan telah memenuhi enam goni besar untuk menumpang kepada truck pembawa sampah untuk membawa goninya turun ke pengepul barang bekas yang berada di baawah dan diluar kawasan TPA.
Satu demi satu goni yang berkisar beratnya mencampai 30 kilogram itu diangkatnya menaiki ke dalam bak truck.

Sesampainya di tempat pengepul barang yang telah menjadi langganannya itu ia tidak bisa gitu saja langsung menerima uang, namun harus dilakukan penimbangan. Dengan hasil keseluruhan sebanyak 140 kilogram, iya mendapatkan uang sebanyak Rp. 80 ribu, namun ia bersedih karena sang agen hanya memberikan uang  Rp 70 ribu, alasannya karena tidak uang pecahan Rp 10 ribu. Namun itu tidak menjadi masalah baginya karena hari esok pasti akan didapatkannya.


Alhamdulillah hari ini mendapatkan 80 ribu rupiah, walau yang ditangan hanya 70 ribu saja, karena alasan agen tidak ada uang pecah, ia sangat bersyukur dengan hasil hari ini, dan sayapun meminta untuk menunjukan hasil yang di dapatnya hari ini.


kerja kerasnya belum cukup sampai disitu, ia harus kembali lagi esoknya untuk mengumpulkan banyak lagi uang agar anak bungsunya dapat mengikuti tes dan berhasil menjadi salah satu angkatan militer yang diinginkannya.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Terima Kasih Telah Mengunjungi Blog saya dan Berkomentar dengan Sopan :)